#Gedung Kuning dan Cafe#
Sore itu Kila berjalan menuju tempat kursusnya. Jam dipergelangan tangannya menunjukan pukul 15.30, diayunnya langkah dengan penuh semangat.
Kila selalu seperti itu, penuh semangat berjalan dengan tas ransel krem berbahan seperti kanvas yang masih awet sejak jaman SMP dulu, bukannya Kila tidak punya tas lain hanya saja itu tas favoritnya.
Ada cerita dibalik tas itu, yang menjadi alasan kenapa Kila suka sekali. Tapi mungkin akan diceritakan kemudian hari. Okay.
Sebuah tempat nongkrong anak muda dengan dinding anyaman bambu berwarna coklat dan dekorasi cukup lumayan cantik sudah nampak dari seberang jalan tempat Kila berada yang berarti tempat kursus Kila sudah dekat.
Ya, tempat kursus Kila memang berdekatan dengan sebuah.. Ehm.. Mari kita sebut saja cafe.. Walaupun rasanya terlalu sederhana untuk disebut cafe.. Tapi untuk disebut warungpun terlalu cantik.. Aaah entahlah.. Mari kita sebut saja cafe..
Hampir setiap kali Kila melewati tempat ini pandangannya selalu terganggu dengan lalu lalang orang yang keluar masuk cafe, maklum Kila bukan tipe anak gaul yang hobi keluar masuk cafe, tapi Kila juga bukan gadis cupu.. Karena terganggu itulah dia lebih sering menundukkan kepalanya ketimbang menoleh untuk melihat kegiatan orang-orang itu..
Cafe ini bukan cafe yang ditutupi kaca dibagian depannya hanya setengah dinding bagian bawah ditutupi anyaman dan bagian atasnya terbuka. Jarak tempat yang menjadi dapurnyapun tak begitu jauh dari jalan raya.
Pernah suatu ketika Kila penasaran ingin melihat seperti apa sih sebetulnya isi cafe itu. Kila mencoba menoleh sambil terus berjalan dengan pandangan mengobservasi isi cafe dari luar namun tiba-tiba,
"Hai cewek..", dari arah dapur beberapa orang pegawai langsung memanggil. Kila yang tidak siap dengan itu semua buru-buru tancap gas menuju tempat kursusnya. Riuh masih terdengar dari arah dapur cafe tersebut.
Sejak saat itu langkahnya selalu dipercepat ketika melewati cafe walaupun kadang tidak tampak kerumunan pegawai di dapur, Kila hanya tidak nyaman.
Sampailah Kila di pagar kursusannya. Kursusan dengan cat dinding kuning dihiasi garis biru melintang disepanjang bangunan tepat sepertiga dari tinggi tembok.
Jarum jam mengarah ke angka 9, kurang 15 menit lagi untuk sampai waktu belajar. Kila memanfaatkannya untuk membuka kembali bukunya. Jam segini masih belum banyak anak yang datang ke tempat kursus.
"Kilaaa..", tiba-tiba suara khas yang dikenalnya menyeruak menghancurkan kesunyian.
"Hai, Cha.. Kok tumben udah dateng?", Icha adalah teman sekelas Kila di tempat kursus.
"Iya dooonk.. Ichaaa gitu lho..", Icha menepuk pundaknya, "Murid telatan.. Eeeeh.. Teladan..", Kila menunjukan tatapan bertanya-tanya sebab tidak biasanya Icha datang tepat waktu. Kila melirik kearah jam ditangannya.
"Kalo aku itung ini baru kedua kalinya kamu dateng gak telat.. Dulu yang pertama sih karena ada maunya.. Yang sekarang kenapa?"
"Iiiih Kila, emang harus selalu ada alasan ya?"
"Enggak juga sih.. Ya bagus aja kamu datang gak telat.. Kalo tiap ada kelas selalu kayak gini bagus tuuh..", Icha hanya tersenyum sambil menjulurkan lidahnya. "Ya udah sini..", Kila menunjuk bangku kosong disebelahnya.
Setelah sekitar 10 menit mereka berbincang bel tanda masuk berbunyi.
Tidak berapa lama seorang wanita muda berperawakan sedang memasuki ruangan. Rambutnya yang panjang dikuncir ekor kuda.
"Good afternoon, Class..", sapa wanita itu dengan manis.
"Good afternoon, Miss Mila", jawab seisi kelas yang tidak kalah manisnya.
Pelajaranpun dimulai. Masih terlihat beberapa bangku kosong yang sebenarnya berpenghuni, mungkin mereka sedikit terlambat.
Tok.. Tok.. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu
"Come in..", Miss Mila mempersilahkan orang tersebut masuk. Seraut wajah mulai muncul dari balik pintu.
"Thank you, Miss..", jawab pemuda tersebut. Dengan santai dia berjalan menuju bangkunya. Ya, disalah satu bangku kosong tadi.
"What reason can you give me this time?", miss Milla bertanya pada pemuda itu.
"Ehm.. Ya.. As usual, Miss.. Trafic jam..", dengan santai sambil menata rambutnya yang sedikit berantakan.
Mendengar jawaban pemuda itu miss Mila hanya mengernyitkan dahi sambil mengangkat alisnya lalu melihat kesekeliling kelas seolah bertanya, 'percaya gak kalian?'
Seolah tau pandangan mencurigakan dari tutornya itu dia berkata,
"Eh, seriusan, Miss.. Macet banget deket cafe depan s-", belum selesai pemuda itu menjelaskan terdengar suara berbisik Kila mengingatkan,
"In English..", sejurus kemudian miss Mila mengatakan hal yang sama.
"Speak in English, please.."
"Told you, Nest", seru Kila lagi. Pemuda itu hanya nyengir kuda kepada Kila dan menjawab,
"Okay, Miss.. Really.. There is traffic jam near the cafe.."
Pemuda ini bernama Ernest, penampilannya santai dengan celana jeans dan kaos, serta tas selempang laki-laki berwarna hitam dan sneakers hitam putih.
"Okay, let's just stop this case and continue studying.."
"Siip, Miss..", jawab pemuda itu diikuti kernyitan dahi dari miss Milla, "Ooh.. Sorry.. Okay, Miss.."
Tak berselang lama, sekitar 15 menit kemudian di pintu kembali terdengar ketukan.
"Can I come in, Miss Mila?", terdengar suara pemuda dari luar ruangan.
"Yes, come in.."
Wajah nya muncul dari balik pintu, dengan nafas sedikit terengah-engah.
"Miss Mila, I'm so sorry I'm late..", ucap pemuda itu sambil berusaha mengatur nafasnya.
"Hmm.. Okay, have a sit, Fed..", namanya Fedy, penampilannya selalu rapih dengan tas punggung biru dan sepatu sneakers yang berwarna senada dengan tasnya.
"Thanks, Miss", Fedy langsung menuju kursi yang biasa ia duduki.
"You don't want to ask him the reason, Miss?", tanya Ernest.
"Same reason you gave me I think..", jawab miss Mila sambil tersenyum.
Seluruh penjuru kelas tertawa. Ernest hanya tersenyum.
***
No comments:
Post a Comment