Showing posts with label Saya dan Cerita. Show all posts
Showing posts with label Saya dan Cerita. Show all posts

Monday 30 November 2015

Saya dan Cerita: Antara Kamu dan Sahabatku - Part II

Saya dan Cerita: Antara Kamu dan Sahabatku - Part I

Pada bagian 1 diceritakan tentang seorang gadis yang bernama Kila yang tengah berjalan menuju tempat kursusan Bahasa Inggrisnya. Setiap kali berangkat Kila harus melewati sebuah cafe dan setiap melewatinya Kila selalu tertunduk dan mempercepat langkah karena sering sekali digoda oleh para pegawai dari dalam dapur cafe. Di tempat kursus dia bertemu Icha yang datang lebih awal, tidak seperti biasanya. Saat pelajaran sudah dimulai terdengar seseorang mengetuk pintu dan muncullah Ernest, salah satu murid yang memang rajin datang terlambat. Saat miss Mila menanyakan alasannya Ernest menjawab seperti biasa dengan santai. Tak berapa lama pintu diketuk lagi dan muncullah Fedy, anak rajin dan pintar yang entah kenapa hari ini datang terlambat, dan miss Mila hanya mempersilahkannya duduk. Ernest bertanya tidakkah miss Mila ingin menanyakan alasan keterlambatan Fedy, dan miss Mila hanya menjawab bahwa jawabannya pasti akan sama seperti jawaban Ernest.

Saya dan Cerita: Antara Kamu dan Sahabatku - Part II

"Kila.. Kila..", seseorang membuyarkan pikiran Kila dari khayalannya.

"Iya, Nest. Ada apa?", jawab Kila sedikit terkejut.

"Diih, masih sore gini ngayal.. Ntar kesambet loh..", ucap Ernest dengan wajah sedikit serius.

"Apaan sih, Nest.. Orang lagi konsentrasi juga..", ucap Kila ngeles.

"Konsentrasi sampe melongo gitu.. Tuuh mulut kebuka.. Nganga..", Ernest menunjuk ke arah mulut Kila.

"Emang iya?", Kila penasaran apa memang selama itu khayalan dia sampai mulutnya terbuka sendiri tanpa dia sadari. Ernest hanya mengangguk. "Bentar deh, kamu tadi mau bilang apa sama aku?"

"Hah? Kapan?", sekarang Ernest yang bingung. Lupa mau bicara apa dengan Kila.

"Duuh.. Itu tadi manggil-manggil aku kenapa?"

"Lupa ah, La.. Kamu sih.."

"Dasar Ernest..!", ucap Kila sambil pelan memukul punggung Ernest yang duduk di depannya. Kali ini suara Kila nyaris besar dan sayangnya terdengar oleh miss Mila.

"Kila.. Ernest.. What's wrong?", tanya miss Mila, diikuti tatapan dari seluruh penjuru kelas tidak terkecuali Fedy yang sedang membantu miss Mila menjelaskan materi kursus di depan kelas.

"Nothing, Miss.. Sorry..", ucap Kila sambil tertunduk.

"Kila is day dreaming, Miss Mil..", tambah Ernest.

"Iya, Miss.. Day dreaming of someone..", lanjut Icha.

"Icha..", ucap Kila lirih sambil menahan senyum dan memelototkan mata tanda Kila tidak ingin ada yang tahu.
Kelas menjadi semakin riuh yang membuat miss Mila meminta murid-muridnya diam sejenak dan meminta Fedy kembali ke bangkunya.

*
Di kamarnya Kila hanya senyum-senyum sendiri mengingat kejadian di tempat kursus tadi. Mata teduh itu sempat beberapa detik menatapnya dengan sangat dalam. Kila tidak yakin kenapa dia memikirkan tatapan itu tapi yang jelas tatapan mata itu membuat hatinya berdegub cepat. Ya, Kila selalu begitu setiap kali beradu mata dengan cowok itu.

*
Di kantin kursusan.

"Duuh, La.. Semempesona itu kah cowok itu sampe bisa bikin orang kayak kamu kehilangan konsentrasi?", tanya Icha saat waktu istirahat tiba.

"Apaan sih, Cha..", Kila mengelak.

"Udah deh.. Kelihatan kok dari tatapan mata kamu, La..", jawab Icha sedikit mendesak. Kila cuma bisa tersenyum.

"Cha, Kila ngelamun lagi?", tiba-tiba datang suara yang akrab sekali ditelinga mereka. Kila cuma mengernyitkan dahi dan mengangkat hidungnya. "Ngelamunin siapa, La?"

"Mau tau aja..", jawab Kila.

"Ya mau tau donk..", Ernest menjawab dengan santai. "Gak boleh?"

"Diiih Ernest raja kepo..", jawab Icha. "Penting gitu, Nest?", jawab Icha. Ernest cuma diam sambil senyum-senyum.

"Senyummu itu lho, mengandung sesuatu..", kata Kila. Mendengar ucapan Kila seketika Ernest tertegun menatap dalam ke mata Kila. Menyadari kebisuan Ernest, Kila menggelengkan kepalanya sambil mengangkat kedua tangannya seolah bertanya, 'Ada apa? Kok diem?'

"Ya ampuuun.. Aku lupa kalo abis istirahat harus ngumpulin tugas..", Ernest berbohong untuk mengalihkan pembicaraan dan kemudian berlalu dari hadapan kedua gadis itu.

"Sadar nggak sih, La. Akhir-akhir ini Ernest sering aneh kayak gitu?", ucap Icha setelah Ernest berlalu.

"Iya ya, Cha. Sering lupaan. Padahal dulu punya ingatan dasyat banget ya..", jawab kila membenarkan ucapan Icha.

"Kamu nggak sensitif kayaknya, La..", sekarang gantian Kila yang dibuat bingung sama Icha.

"Maksudnya?"

"Besok aja deh aku ceritain. Besokkan libur. Kamu kayaknya lagi lemot hari ini", kata Icha sambil menarik tangan Kila dan berjalan menuju kelas.

*
Keesokan harinya..

"Halo, Kila.. Jadi ketemuan dimana?", tanya Icha ditelpon. Kila diam beberapa saat lupa kalau kemarin Icha mengajaknya bertemu.

"Hah? Ketemuan?", jawab Kila kaget sebelum akhirnya teringat kemarin. "Oooh.. Iya ketemuan.." , jawab Kila, "Ehm.. Dirumah aku?"

"Diih Kila.."

"Dimana donk?"

"Cafe deket tempat kursus gimana?"

"Hah?"

"Kenapa?"

"Cafe, Cha?"

"Iya.. Apa di taman kota? Kamu mau obrolan kita dikuping bapak-bapak jualan siomay kayak biasanya? Terus dia ikut nimbrung dan akhirnya malah kita yang dengerin cerita dia?"

"Ya.. Enggak sih.. Emang mau ngobrolin apaan, Cha?", jawab Kila polos.

"Udah deh, aku tunggu. Berangkat sekarang gih.."

"Tapi-", terlambat telpon keburu ditutup.

*
Kila sampai di depan cafe, Kila sedikit ragu untuk menyeberang dan masuk sendiri ke dalam cafe jadi kemudian dia memutuskan untuk menelpon Icha.

"Masuk aja, La.. Aku udah di dalem.."

"Tapi-", telpon sudah ditutup.

Dengan perasaan penuh kegalauan Kila menyeberang dan berjalan menuju cafe. Pandangannya hanya lurus ke depan kearah pintu masuk. Takut kejadian digoda para pegawai di dapur terulang, Kila kemudian mempercepat langkahnya. Tapi sepertinya tidak satupun pegawai menyadari keberadaannya sebab mereka semua sedang sibuk menyiapkan pesanan.

Akhirnya Kila menemukan Icha yang sedang melambaikan tangannya kearahnya.

"Duduk, La..", Icha menunjuk kursi disebelahnya. "Mau makan apa?"

"Minum aja lah, Cha.."

"Diih.. Nggak asyik nih.. Orang aku udah pesen makan.. Masa makan sendiri?"

"Ya udah samain aja sama kamu..", jawab Kila

Icha memanggil pegawai cafe dan memesan menu yang sama seperti yang dipesannya tadi.

"Kamu gak nyaman ya, La..", ucap Icha yang melihat tingkah Kila tidak seperti biasanya.

"Iya nih, Cha.. Aku mana pernah ke cafe..", bisik Kila.

"Diih.. Cafe ini beda sama cafe dugem, La.. Ini semi restoran cuma yang dateng banyakan anak muda daripada keluarga", jelas Icha.

"Iya, sih..", jawab Kila. "Btw, mau ngomongin apa?"

"Ernest.."

"Ada apa sama Ernest?"

"Kila iiiih.. Makhluk paling gak peka.."

"Beneran deh.. Nggak ngerti aku.."

"Kila, my dear.. Inget keanehan Ernest di kantin kemaren?", Kila mengangguk. "Inget juga keanehan Ernest seminggu yang lalu pas tiba-tiba jadi ikut ke acara charity Yovie Nuno di panti asuhan Melati Bunda?", Icha berhenti sejenak. "Nah.. Itu setelah apa coba? Setelah kamu minta dia ikut kan..? Padahal awalnya beneran gak bisa ikutkan"

"Iya sih.. Katanya mau anter adiknya kursus dance.."

"Nah.. Tuuh.. Udah mulai peka?"

"Bentar deh.. Hubungannya apa yang di kantin kemaren sama charity itu?"

"Diiih.. Masih aja gak peka..", Icha menggerutu.

"Permisi.. Pesanannya..", tiba-tiba seorang pegawai cafe membubarkan obrolan mereka.

Keduanya menengok ke arah pemuda itu kemudian mereka terkejut.

"Fedy..?", ucap Icha lirih.

"Iya, Cha..", tak sengaja Icha mengalihkan pandangannya ke arah Kila yang sedang menatap dalam sosok Fedy. "Aku kerja disini kalo lagi libur.."

"Aku tinggal dulu, Cha.. Kila..", ucap Fedy usai meletakkan pesanan di atas meja kemudian berlalu.

*
"La, tau berapa lama kamu natap Fedy tadi?", tanya Icha setengah memaksa.

"Hhhm..", jawab Kila sambil menggeleng.

"Lebih dari 15 detik", Kila cuma tersenyum mendengar ucapan Icha. "Yang aneh sekarang kamu, La.."

"Apaan sih, Cha..", Icha tersenyum kecut. "Eh iya, gimana tadi Ernest? Hubungannya apa charity sama pas di kantin sekolah kemarin..", jawab Kila mengalihkan pembicaraan.

"Kamu suka sama Fedy?", pertanyaan Icha membuat Kila kaget tidak menjawab apa-apa tapi senyumnya mengisyaratkan sesuatu.

"Soal Ernest tadi gimana, Cha?", tanya Kila.

"Jujur deh, La.. Kamu suka kan sama Fedy?", desak Icha.

Kila cuma tersenyum.

*
Icha duduk sendirian di balkon kamarnya. Ia teringat tatapan Kila pada Fedy yang begitu dalam yang membuat dadanya sedikit sesak. Apa yang dia takutkan terjadi. Pesona Fedy sampai di hati Kila.

"Kila suka Fedy", desahnya pelan.

***

Saturday 16 May 2015

Saya dan Cerita: Antara Kamu dan Sahabatku - Part I

#Gedung Kuning dan Cafe#

Sore itu Kila berjalan menuju tempat kursusnya. Jam dipergelangan tangannya menunjukan pukul 15.30, diayunnya langkah dengan penuh semangat.

Kila selalu seperti itu, penuh semangat berjalan dengan tas ransel krem berbahan seperti kanvas yang masih awet sejak jaman SMP dulu, bukannya Kila tidak punya tas lain hanya saja itu tas favoritnya.

Ada cerita dibalik tas itu, yang menjadi alasan kenapa Kila suka sekali. Tapi mungkin akan diceritakan kemudian hari. Okay.

Sebuah tempat nongkrong anak muda dengan dinding anyaman bambu berwarna coklat dan dekorasi cukup lumayan cantik sudah nampak dari seberang jalan tempat Kila berada yang berarti tempat kursus Kila sudah dekat.

Ya, tempat kursus Kila memang berdekatan dengan sebuah.. Ehm.. Mari kita sebut saja cafe.. Walaupun rasanya terlalu sederhana untuk disebut cafe.. Tapi untuk disebut warungpun terlalu cantik.. Aaah entahlah.. Mari kita sebut saja cafe..

Hampir setiap kali Kila melewati tempat ini pandangannya selalu terganggu dengan lalu lalang orang yang keluar masuk cafe, maklum Kila bukan tipe anak gaul yang hobi keluar masuk cafe, tapi Kila juga bukan gadis cupu.. Karena terganggu itulah dia lebih sering menundukkan kepalanya ketimbang menoleh untuk melihat kegiatan orang-orang itu..

Cafe ini bukan cafe yang ditutupi kaca dibagian depannya hanya setengah dinding bagian bawah ditutupi anyaman dan bagian atasnya terbuka. Jarak tempat yang menjadi dapurnyapun tak begitu jauh dari jalan raya.

Pernah suatu ketika Kila penasaran ingin melihat seperti apa sih sebetulnya isi cafe itu. Kila mencoba menoleh sambil terus berjalan dengan pandangan mengobservasi isi cafe dari luar namun tiba-tiba,

"Hai cewek..", dari arah dapur beberapa orang pegawai langsung memanggil. Kila yang tidak siap dengan itu semua buru-buru tancap gas menuju tempat kursusnya. Riuh masih terdengar dari arah dapur cafe tersebut.

Sejak saat itu langkahnya selalu dipercepat ketika melewati cafe walaupun kadang tidak tampak kerumunan pegawai di dapur, Kila hanya tidak nyaman.

Sampailah Kila di pagar kursusannya. Kursusan dengan cat dinding kuning dihiasi garis biru melintang disepanjang bangunan tepat sepertiga dari tinggi tembok.

Jarum jam mengarah ke angka 9, kurang 15 menit lagi untuk sampai waktu belajar. Kila memanfaatkannya untuk membuka kembali bukunya. Jam segini masih belum banyak anak yang datang ke tempat kursus.

"Kilaaa..", tiba-tiba suara khas yang dikenalnya menyeruak menghancurkan kesunyian.

"Hai, Cha.. Kok tumben udah dateng?", Icha adalah teman sekelas Kila di tempat kursus.

"Iya dooonk.. Ichaaa gitu lho..", Icha menepuk pundaknya, "Murid telatan.. Eeeeh.. Teladan..", Kila menunjukan tatapan bertanya-tanya sebab tidak biasanya Icha datang tepat waktu. Kila melirik kearah jam ditangannya.

"Kalo aku itung ini baru kedua kalinya kamu dateng gak telat.. Dulu yang pertama sih karena ada maunya.. Yang sekarang kenapa?"

"Iiiih Kila, emang harus selalu ada alasan ya?"

"Enggak juga sih.. Ya bagus aja kamu datang gak telat.. Kalo tiap ada kelas selalu kayak gini bagus tuuh..", Icha hanya tersenyum sambil menjulurkan lidahnya. "Ya udah sini..", Kila menunjuk bangku kosong disebelahnya.

Setelah sekitar 10 menit mereka berbincang bel tanda masuk berbunyi.
Tidak berapa lama seorang wanita muda berperawakan sedang memasuki ruangan. Rambutnya yang panjang dikuncir ekor kuda.

"Good afternoon, Class..", sapa wanita itu dengan manis.

"Good afternoon, Miss Mila", jawab seisi kelas yang tidak kalah manisnya.
Pelajaranpun dimulai. Masih terlihat beberapa bangku kosong yang sebenarnya berpenghuni, mungkin mereka sedikit terlambat.

Tok.. Tok.. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu

"Come in..", Miss Mila mempersilahkan orang tersebut masuk. Seraut wajah mulai muncul dari balik pintu.

"Thank you, Miss..", jawab pemuda tersebut. Dengan santai dia berjalan menuju bangkunya. Ya, disalah satu bangku kosong tadi.

"What reason can you give me this time?", miss Milla bertanya pada pemuda itu.

"Ehm.. Ya.. As usual, Miss.. Trafic jam..", dengan santai sambil menata rambutnya yang sedikit berantakan.

Mendengar jawaban pemuda itu miss Mila hanya mengernyitkan dahi sambil mengangkat alisnya lalu melihat kesekeliling kelas seolah bertanya, 'percaya gak kalian?'

Seolah tau pandangan mencurigakan dari tutornya itu dia berkata,

"Eh, seriusan, Miss.. Macet banget deket cafe depan s-", belum selesai pemuda itu menjelaskan terdengar suara berbisik Kila mengingatkan,

"In English..", sejurus kemudian miss Mila mengatakan hal yang sama.

"Speak in English, please.."

"Told you, Nest", seru Kila lagi. Pemuda itu hanya nyengir kuda kepada Kila dan menjawab,

"Okay, Miss.. Really.. There is traffic jam near the cafe.."

Pemuda ini bernama Ernest, penampilannya santai dengan celana jeans dan kaos, serta tas selempang laki-laki berwarna hitam dan sneakers hitam putih.

"Okay, let's just stop this case and continue studying.."

"Siip, Miss..", jawab pemuda itu diikuti kernyitan dahi dari miss Milla, "Ooh.. Sorry.. Okay, Miss.."

Tak berselang lama, sekitar 15 menit kemudian di pintu kembali terdengar ketukan.

"Can I come in, Miss Mila?", terdengar suara pemuda dari luar ruangan.

"Yes, come in.."

Wajah nya muncul dari balik pintu, dengan nafas sedikit terengah-engah.

"Miss Mila, I'm so sorry I'm late..", ucap pemuda itu sambil berusaha mengatur nafasnya.

"Hmm.. Okay, have a sit, Fed..", namanya Fedy, penampilannya selalu rapih dengan tas punggung biru dan sepatu sneakers yang berwarna senada dengan tasnya.

"Thanks, Miss", Fedy langsung menuju kursi yang biasa ia duduki.

"You don't want to ask him the reason, Miss?", tanya Ernest.

"Same reason you gave me I think..", jawab miss Mila sambil tersenyum.
Seluruh penjuru kelas tertawa. Ernest hanya tersenyum.

***

Monday 28 March 2011

Saya dan Cerita: Ide Cerita




Ini cuma ide cerita aja, buat yang mau bikin jadi cerita full silahkan.. karena jujur aku sendiri gak ada waktu buat ngerjainnya... tapi jangan nyaplok sembarangan yach, ijin dulu ke aku... terus, ntar klo uda bikin draft ceritanya jangan lupa di-share ke aku... pingin baca.... ^_^

~......begini idenya......~

Pernahkan kalian tertidur pada suatu malam dan bermimpi, di pagi harinya kalian terbangun dan mendapati apa yang kalian mimpikan tadi malam terjadi dihadapan kalian. Percaya atau tidak hal itu sangat sering aku alami. Terlalu sering untuk dapat aku ingat semuanya satu persatu secara detail. Tapi satu hal ini sangat membekas dan tidak akan pernah hilang.

Pada suatu pagi ketika aku bersiap untuk berangkat kuliah,
~Tiiin tiiinn~
Klakson angkot langgananku memanggil, dari luar terdengar suara si abang sopir berteriak dengan nyaringnya, "Neeeeng... cepetan, Neng"

"Sabar, Bang. Tinggal pake sepatu doank," sahutku dengan tidak kalah lantangnya. Kedua orang tuaku hanya tersenyum. Kemudian aku berpamitan kepada mereka berdua dan berlari sekuat tenaga.

Aku dengan sigap menaiki angkot bang Thamrin yang ternyata sudah penuh, dan hanya menyisakan satu tempat kosong di pojok dekat pintu. Pantatku hanya duduk separuh, aku berusaha menggeser orang di sampingku berharap dia berbesar hati untuk sedikit bergeser dan merapat. Tapi dia tidak sedikitpun bergeser, malah berkata, "telat minta jatah kursi".

(to be continued...)