Thursday 27 August 2015

Cerita Sedikit: Lagu Pertama dan Terakhir Saya | Our Life Journey

Dear Good Readers and Weirdos,

Sesuai postingan saya yang satu ini >> Tuesday Questions: What My Biggest Dream is? (Part I) | Our Life Journey, saya ada janji untuk cerita tentang saya yang 'mengaku' pernah bikin lagu.. Hahahahha.. Pingin ketawa rasanya kalo inget momen itu, tapi sekaligus nyesek karena saya gak bisa pamerin lagu itu disini..

Kejadiannya udah lama banget. Ceritanya itu lagu pertama dan terakhir yang pernah aku buat, tapi dia hilang bersama hilangnya hape blackberry saya waktu lagi liburan ke Balekambang. Bukan hilang tapi hanyut terbawa air laut.. Well, ceritanya agak creepy sih tapi gak apa lah biar saya ceritakan.

Saya sering sekali mendengar banyak suara dikepala saya, mulai dari suara teriakan sampai suara bisikan yang lembut yang saya yakini itu bukan suara siapa-siapa tapi suara saya sendiri. Entah mungkin itu suara hati saya, yang jelas saya tahu pasti itu akibat dari saya yang memang suka sekali berpikir tentang banyak hal yang saya lihat, saya dengar dan saya rasakan. Datangnyapun secara tiba-tiba dan sering, semacam saya bisa menyerap energi yang ada disekitar saya.

Entah kenapa pada hari-hari itu yang datang ke kepala saya bukan suara-suara tapi alunan musik, jarang sekali bahkan hampir tidak pernah terjadi. Maksud saya begini, sering sekali setiap saya melihat, mendengar atau merasakan sesuatu tiba-tiba di kepala saya mengalun lagu yang pernah saya dengar yang sesuai dengan keadaan saat itu.

Misalnya saya sedang lihat cowok sedang melamar ceweknya, secara tiba-tiba muncul lagu Janji Sucinya Yovie and Nuno. Semacam itulah, tapi yang kali ini bukan lagu yang pernah saya dengar, ini semacam lagu baru yang memaksa saya untuk melantunkannya dan merekamnya di hape saya. Ya.. Hape blackberry yang kecemplung air laut dan hanyut itu -,-"

Bahkan saya berusaha keras merangkai nada-nadanya. Belum sempurna karena reffrain belum ada, sampai suatu hari ketika saya sedang keluar naik motor bersama suami, hujan mulai turun. Kami terpaksa mampir ke tempat kerja suami karena memang tempat yang paling dekat untuk ikut berteduh ya tempat itu. Kami berdiri dibawah kanopi parkir yang cukup besar, hujan turun deras dan mengganggu pendengaran. Secara tiba-tiba saya mendengar lagi alunan lagu di kepala saya, disitulah saya menyempurnakan lagu dengan reffrain. Saya merekamnya ditengah hujan deras. Entahlah apa ada yang mendengar, suamipun rasanya tak mendengar karena hujan memang begitu deras mengguyur.

Sampai situ semuanya aman, lagu selesai, rekaman tersimpan di hape dan saya take this song for granted. Jadi begitu semua susunan lagu lengkap saya sama sekali tak mengulang untuk mendengarkannya atau setidaknya menyanyikannya lagi untuk direkam utuh satu lagu. Tidak sama sekali. Saat itu yang ada dipikiran saya, "Nanti kalau ada waktu aja saya dengar lagi untuk kemudian saya rekam utuh satu lagu.. Toh sudah aman, sudah saya save semua di hape ini, kalau suatu saat mau denger tinggal putar lagi. Gampang kan..".

Seandainya saya menyempatkan diri mendengar potongan-potongan lagu yang saya rekam mungkin saat ini saya masih ingat sedikit-sedikit bagaimana nadanya dan seperti apa liriknya. Mungkin juga saat ini saya bisa menunjukkan pada Good Readers dan Weirdos semua dengan merekam ulang lagu itu.

Tapi terlambat, lagu itu keburu hanyut di pantai selatan Malang. Huhuhu..

Ceritanya waktu itu kami sekeluarga dan saudara bapak dari Jakarta rekreasi ke pantai Balekambang ini.


Untuk sampai ke Pura kecil diatas karang seperti gambar diatas kami harus melewati sebuah jembatan yang lumayan panjang. Saat itu kami berdiri di jembatan untuk berfoto bersama, hape blackberry itu sedang berada di tangan saya.

Karena ada sodara yang sudah di depan mendahului kami saya memanggil mereka untuk berkumpul dan berfoto dengan melambaikan tangan, gak saya sangka Adit (adik kesayangan saya yang paling ganteng sendiri, saya total kalo muji) menyenggol tangan saya yang menyebabkan hape itu jatuh ke jembatan, karena saking kerasnya menyentuh lantai jembatan beberapa detik kemudian hape itu terpental dan nyemplung ke laut di bawah kami.

Sempat beberapa saat setelah hape itu nyemplung ada yang berinisiatif meloncat turun tapi segera dicegah karena ombak sedang besar besarnya. Entah suara siapa yang menyuruh meloncat.

Oh ya, beberapa saat sebelum kejadian itu saya melihat seseorang berpakaian hitam dan kacamata hitam dibelakang kami. Entah kenapa keberadaannya sungguh mengganggu tapi saya acuhkan.

Beberapa detik hape itu masih terlihat. Satu sapuan ombak hape masih terlihat, sapuan kedua juga masih terlihat meski hanya separuh, sapuan ketiga hape sudah tak nampak lagi.

Detik-detik tiga ombak menyapu kepala saya dipenuhi pikiran tentang kenangan-kenangan yang ada di hape itu, mulai foto-foto yang tersimpan, tulisan-tulisan saya, juga potongan-potongan rekaman lagu itu.

Shock, sedih tapi bersyukur karena gak ada yg berusaha meloncat turun untuk mengambil hape itu. Kalau ada yang meloncat mungkin orang itu sudah keseret ombak..

Nyesek tapi mau gimana lagi, saya cuma bisa meringis senyum-senyum sendiri dan menenangkan orang-orang yang pada shock juga melihat kejadian itu terutama Adit, bukannya saya yang ditenangin.


Lihat foto saya digambar atas ini, udah senyum kan? Saya memang begitu, buat saya deal with my own pain lebih mudah dan bisa diatur nanti yang penting jangan sampe orang merasa bersalah sama saya atas kejadian yang bisa jadi saya juga ikut andil didalamnya.

Begitulah ceritanya, tak ada yang bisa diselamatkan dari hape itu. Tapi it's kinda blessing in disguise, Adit merasa bersalah karena dia suspectnya. Walau saya bilang gak apa, dia berjanji bakal nambahin uang untuk beli hape baru buat saya. Dan.. Saya dapat hape baru.

Begitulah, I learned many lessons from this thing happened to me. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari berbagai hal yang datang dalam hidup bagi orang-orang yang mau berpikir.

Buat saya moral valuesnya banyak banget. Silahkan Good Readers dan Weirdos simpulkan sendiri, saya tak mau menggurui.

Love,

No comments:

Post a Comment