Saturday, 10 May 2014

EastSix - Saya dan Sahabat: Road to Sidoarjo

Sekitar dua minggu lalu, tepatnya tanggal 20 April, saya bertemu lagi dengan sahabat-sahabat saya selama SMA dulu, kami dulu bersahabat ber-6 (termasuk saya). Rencana tentang reuni itu memang tidak sengaja, seperti saya ceritakan di postingan sebelumnya, EastSix - Saya dan Sahabat: The Reunion Plan.

Saya baru buka FB dan dapat kabar sekitar jam 6 pagi karena memang informasi tentang reuni-an dipasang di FB. Jadi lah saya cepat-cepat menyiapkan perlengkapan. Rencana kumpul jam 9 tapi saya ijin datang telat karena jam 7 saya baru selesai mandi. Ada rasa girang, senang, bahagia dalam hati, karena kami memang sudah lama gak ketemu. Cukup lama untuk mengingat-ingat kembali kapan terakhir ketemu.

Sayang sekali hari itu suami saya dinas pagi, jadi saya harus berangkat sendiri naik bus. aya meminta tolong the Speeder & Jowo Manager a.k.a. My little brother a.k.a. Adit untuk mengantarkan saya ke terminal. Saya tau hari itu suami saya dinas pagi karena itu beberapa hari sebelumnya saya minta tolong Adit untuk nganterin saya sampai terminal, tapi waktu itu dia bilang, "aku anterin sampe tempat angkotnya aja, nanti ke terminalnya naik angkot itu", dan hari itu dia nganterin sampai terminal.

Sampai di terminal jam 8, "Waduh.. Acaranya jam 9, nutut gak ya..?", saya bertanya dalam hati. Saya coba menenangkan diri dan gak berapa lama bus yang saya tunggu datang. Saking sudah lamanya saya gak naik bus, ada rasa terbutu-buru takut ditinggal, bahkan sampai lupa ngucapin salam ke Adit. :P

Gak butuh waktu lama, bus langsung melaju. Ini pertama kalinya saya naik bus lagi, merasakan aroma AC bus.. Iya, ternyata saya naik bus patas AC.. Saya kira bus biasa yang ber-AC.. Saya tau-nya waktu ditarik uang karcis. Saya kasih uang 10 ribu, karena saya tanya ke Bulek As yang biasa naik bus ongkos sekitar 10 ribu. Tiba-tiba ada suara, "23 ribu, Mbak.. Ini patas", bibir saya membentuk huruf O sambil merogoh uang dalam tas sebesar 14 ribu, uang 10 ribu-an dan 2 ribu-an dua. Eh, yang 2 ribu dikembalikan, jadilah saya cuma bayar 22 ribu.. Lumayan korting seribu.

Bus ini melesat cepat sekali, berhenti hanya jika ada yang melambaikan tangan dari arah kiri atau jika orang-orang mulai berdesakan di pintu keluar. Pengalaman yang lama sekali pernah saya lihat hampir setiap minggu kalau saya pulang dari Malang ke Sidoarjo. Saya tinggal di Sidoarjo sejak kelas dua SMP sampai lulus SMA lalu pindah ke Malang untuk kuliah.

Kurang lebih jam 9.30 saya sudah menjejakan kaki di Sidoarjo lagi, sepanjang perjalanan saya SMS-an dengan suami dan dia heran waktu saya bilang sudah mau turun bus, "Cepet banget ya", sms-nya. Iya, 1 jam 30 menit. Mungkin karena memang sudah ada pembenahan jalan, sudah ada jalan arteri yang sangat-sangat menjadi solusi untuk kemacetan di jembatan Porong.

Turun dari bus saya naik bison, yang terbiasa perjalanan Malang-Surabaya tau betul kendaraan apa ini. Masih sama seperti biasa kalau pagi begini gak ada ceritanya lewat jalan utama, semua bison masuk dulu ke Porong. Dan baru pertama kali itu saya lihat pasar Porong yang baru, tempatnya lumayan luas. Yang dulu tempatnya tepat disisi jalan poros karena itu pasar ini juga ikut andil kemacetan yang sekarang sudah terurai. Nice work, saya cukup terkesan.

Saya melewati arah SMA saya dulu, sekolah saya dulu di dalam perumahan, Sidokare namanya. Kami harus keluar dulu dari perumahan untuk nyegat bison menuju rumah masing-masing, jalannya agak naik sedikit untuk benar-benar keluar dari perumahan itu.Sambil nunggu bison dan angkot masing-masing kami biasanya duduk di kursi di depan sebuah bengkel.  Ketika bison yang saya tumpangi melintasi  saya sedikit terkejut dan berbinar-binar, kursi itu masih disana, kenangan masa SMA kami itu terlintas di pikiran saya. Di kursi itu kami dulu biasa ngobrol, senyum saya terkembang.

Ternyata jalan yang dulu agak sedikit naik sekarang agak datar, meski gak benar-benar rata dengan jalan utamanya. Dan memang sekolah kami itu sudah lama pindah, gak di perumahan itu lagi, gak di tempat yang sama seperti kami SMA dulu.

Saat pertama dengar kalau sekolah saya itu dipindahkan ada sedikit sedih, karena bangunan sudah pasti berbeda, bentuk sudah pasti berbeda, gak ada lagi kenangan persahabatan yang bisa dilihat. Saya gak tau sekarang lokasi sekolah kami dulu itu jadi apa. Mungkin cuma tanah, atau ruko, atau.. Entahlah..

Memang ada cerita-cerita sedikit mengerikan tentang lokasi sekolah itu. Bukan, ini bukan tentang makhluk-makhluk halus yang saya rasa semua sekolah punya cerita yang hampir mirip. Yang katanya dulunya rumah sakit, yang katanya dulunya ini, itu.. Ini bukan tentang itu semua..

Cerita yang saya dengar waktu SMA dulu adalah bahwa di bawah sekolah kami, tepatnya di dalam tanah, tepatnya lagi di sekitaran ruang guru dan UKS terkandung mineral tambang yang berbahaya, merkuri atau apa lah itu.. Yang bisa merusak sel.. Cerita itu dibuktikan dengan adanya beberapa guru yang meninggal karena kerusakan sel yaitu kanker.. Tapi sungguh saya belum konfirmasi lagi tentang kebenaran cerita itu..

Akhirnya saya sampai di tempat seharusnya saya turun dari bison, saya pikir sopirnya akan menurunkan saya tepat di depan Ramayana jadi saya gak perlu menambah jumlah meter yang harus saya tempuh dengan berjalan kaki. Tapi sudah lah, terima saja. Departemen store ini masih seperti dulu, belum ada yang berubah.. Hanya warung nasgor seberangnya yang sudah tidak ada lagi. Dulu kalau habis belanja, saya dan ibu mampir ke warung itu.. Lama ngantrinya tapi seingat saya rasanya lumayan..

Berjalanlah saya menuju tempat janjian kami. Sungguhan.. Saya kira jaraknya dekat, ternyata cukup lumayan. Mungkin kalau di Malang berjalan seperti ini tidak akan mencucurkan keringat, hanya sedikit tetesan.. Tapi.. Ya Alloh.. Sidoarjo masih tetap panah dari jaman batu sampai sekarang, dan akan tetap panas.. Tapi saat itu saya lupa itu.. Jadilah saya mandi keringat.. Huft.. Tapi saya senang.. Girang.. Riang.. Hihihi..

Bangunan itu sudah tampak jelas berdiri, butuh beberapa menit untuk menyeberang karena jalan Pahlawan memang cukup ramai. Akhirnya saya sampai di seberang, berjalan masuk sambil sesekali mengayunkan kerudung bagian depan keatas dan kebawah untuk meredakan panas.

Reuninya di KFC-SunCity tapi saya gak masuk dari pintu KFC, saya masuk dari pintu SunCity depan. Melihat sekeliling sepertinya masih sama seperti dulu, hanya lebih ramai. Tepat di depan pintu masuk ada panggung. Di sana saya sms Diana, karena kami sms-an mulai saya berangkat dari Malang itu.

Jam menunjukkan pukul 10 yang berarti saya telat satu jam, saya rasa mereka sudah berkumpul tinggal saya yang ngaret. Saya berjalan menuju KFC, dari jauh terlihat seperti Diana bersama dua orang lainnya, tapi kok bentuk badan dua orang lainnya itu gak ada yang saya kenal, dan pasti bukan sahabat-sahabat saya. Dan ternyata memang bukan sahabat-sahabat saya.

Saya mencari mereka dan akhirnya saya melihat dua orang yang saya kenal, Diana dan Ririn. Senyum lebar mengembang dari bibir saya saat mendekati mereka. Mereka bertiga.. Ririn, Diana dan Naufal.. Siapa Naufal?? Nanti saya ceritakan.. Yang jelas saya senang sekali melihat mereka, merekapun begitu.. Tapi kemana yang lain? Ternyata semua ngaret..

No comments:

Post a Comment